Sunday, June 5, 2016

Keunggulan dan Kelemahan Ayam Jawa Super

Keunggulan dan Kelemahan Ayam Jawa Super ~ Sebelum sebuah usaha dimulai, tentunya perlu terlebih dahulu mengenal dan mendalami jenis usaha yang akan dilakukan. Proses ini adalah naluri dasar manusia untuk mempertimbangkan baik dan buruk atau untung dan rugi ketika akan mengerjakan sesuatu. Dalam kaitannya dengan usaha beternak ayam jawa super ini, "naluri bisnis" tersebut harus semakin dipertajam.


Untuk mengasah naluri bisnis sebelum mulai beternak ayam jawa super, berikut ini dipaparkan beberapa keunggulan dan kelemahannya, terutama jika dibandingkan dengan ayam ras (negeri) dan ayam buras. Keunggulan dan kelemahan tersebut sekaligus menjadi ciri khas dari ayam jawa super.

Keunggulan Ayam Jawa Super

  • Ayam jawa super bertubuh besar (gemuk) mirip ayam negeri sehingga bobot tubuhnya lebih berat dibandingkan dengan ayam kampung seumurnya. Sebagai gambaran, dalam usia dua bulan, beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg.
  • Pertumbuhan tubuhnya lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung lainnya, bahkan hampir menyamai  ayam negeri.
  • Kandungan lemak pada dagingnya sangat sedikit dan rasa dagingnya sama dengan rasa daging ayam kampung.
  • Masa panen atau umur siap potong tidak jauh berbeda dengan ayam negeri. Pada umur 2-3 bulan, ayam ini sudah bisa dikonsumsi. Hal ini berbeda dengan ayam kampung yang baru bisa dikonsumsi setelah berumur empat bulan.
  • Setelah dewasa (di atas umur empat bulan) cenderung dengan telur setiap hari, meskipun tidak ada pejantannya.
  • Telur yang dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan dengan telur ayam kampung. Ukurannya sama dengan telur ayam ras, bahkan ada yang lebih besar (1 kg rata-rata berisi 14-16 butir). Sementara itu, harga telur perkilogramnya sama dengan harga telur ayam negeri.
  • Seperti halnya ayam kampung, ketahanan terhadap berbagai jenis penyakit dan pergantian cuaca lebih baik dibandingkan dengan ayam negeri.
  • Bisa diperlihara di berbagai tempat, terlebih di dataran rendah.
  • Di bandingkan dengan ayam negeri, pakan ayam jawa super relatif lebih mudah dan murah. Bahkan limbah dapur bisa dimanfaatkan sebagai tamabahan pakan.

Kelemahan Ayam Jawa Super

  • Karena ukuran tubuhnya cukup besar, selera makannya juga cukup tinggi alias rakus sehingga terjadi pemborosan pakan.
  • Tidak seperti ayam buras pada umumnya, ayam jawa super termasuk jenis ayam yang malas mengerami telurnya.
  • Tidak seperti ayam kampung yang telurnya bisa diperjualbelikan perbutir, cara penjualan telur ayam jawa super ini disamakan dengan cara penjualan telur ayam negeri, yakni hanya dijual dalam satuan kilogram (kiloan).
  • Karena standar jualnya kiloan, dengan sendirinya harga telurnya menjadi lebih murah dibandingkan dengan telur ayam kampung.
  • Ayam jawa super masih jarang ditemukan di pasaran, kalaupun ada, hanya ditemukan di daerah-daerah tertentu. Hal ini jelas berbeda dengan ayam kampung dan ayam negeri yang sudah dikenal dan tersebar di mana-mana. Kondisi ini agak mempersulit konsumen atau masyarakat untuk mendapatkannya, kecuali jika mau sedikit bersusah payah dengan cara berburu ke luar daerah.
Dari kelebihan dan kelemahannya tersebut, tampaknya ayam yang berkarakter agresif dan cenderung galak ini memiliki potensi untuk diusahakan, baik sebagai petelur maupun yang dicampur dengan ayam peliharaan jenis lain. Jika tidak diusahakan secara komersial, ayam bertubuh montok ini bisa dijadikan sebagai hewan kesayangan untuk mengisi lahan pekarangan kecil di sekitar rumah.

Catatan:
  • Kenali dan pahami kelebihan dan kelemahan ayam jawa super sebelum mulai beternak atau membudidayakannya.
  • Bandingkan atau pertimbangkan kelebihan dan kelemahannya. Jika merasa mantap segera buat perencanaan, tetapi jika ragu-ragu lebih baik urungkan atau tunda terlebih dahulu keinginan untuk beternak ayam jawa super.
Oleh Mas Bagong Mulyono dan Purnomo Raharjo

Sunday, May 29, 2016

Mengenal Ayam Jawa Super

Mengenal Ayam Jawa Super ~ Ayam sebagai binatang piaraan sudah dikenal lama oleh manusia. Begitu juga sebagai salah satu sumber protein hewani, sudah lama juga disadari. Karena kesadaran itulah, setiap saat kebutuhan manusia terhadap ayam semakin meningkat. Demikian pula terhadap telur yang dihasilkannya.


Dengan semakin meningkatnya kebutuhan itu, manusia berupaya sekuat tenaga mengembangbiakkan atau membudidayakan ayam. Berbagai penelitian dilakukan untuk memperoleh ayam jenis unggul, baik ayam pedaging maupun ayam petelur, hingga kemudian muncul ayam ras atau ayam negeri sebagai salah satu alternatif konsumsi yang lebih murah.

Ternyata, dinalik keunggulannya, ayam negeri memiliki kelemahan dibandingkan dengan ayam bukan ras (buras), termasuk ayam kampung. Kelemahan itu diantaranya kurang memiliki daya tahan terhadap penyakit dan cuaca, daging banyak mengandung lemak, dan rasa daging tidak selezat ayam buras. Kenyataan inilah yang membuat ayam buras terus bertahan dan tetap disukai. Apalagi, pemeliharaan ayam buras relatif lebih mudah dan populasinya cukup besar. Ayam buras bisa hidup di sembarang tempat dan di segala cuaca. Pemberian pakannya juga mudah. Bahkan perkembangbiakkannya tidak harus dengan campur tangan manusia. Bisa dikatakan bahwa pemelihaaan ayam buras tidak terlalu menuntut teknologi yang rumit.

Berkat berbagai kelebihan itu, ayam buras memiliki peran dan sumbangan yang manfaatnya sangat dirasakan oleh peternak, terutama di daerah pedesaan yang kering dan rawan gizi. Dengan demikian, jika ditangani dengan benar dan profesional, upaya peningkatan produksi ayam buras akan tepat sasaran, yakni penyediaan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak.

Salah satu jenis ayam buras yang belakangan ini populer di daerah Purworejo, Jawa Tengah, dan sekitarnya adalah ayam jawa super. Sampai saat ini belm diketahui secara pasti dari mana asal-usul nama atau julukan ayam jawa super ini. Menurut pendengaran saya, bahwa induk ayam jawa super tersebut dari sebuah poultry shop di Yogyakarta. Namun, menurut pihak poultry shop yang bersangkutan, ayam yang berwarna hitam legam ini sekarang sudah tidak lagi diternakkan. Alasannya, ayam ini tidak begitu disukai konsumen alias kurang laku di pasaran.

Dengan ketekunan dan keuletannya, ia memelihara dan mencoba menetaskan telur-telurnya. Setelah mengamati berbagai kelebihan yang dimiliki ayam jawa super ini, ia mulai menawarkan kepada masyarakat sekitar. Setiap ada pameran pembangunan atau pameran satwa di seputar Purworejo, ia tidak lupa memamerkan ayam jawa super sebagai salah satu "produk unggulannya", disamping ayam arab, ayam kampung, dan ayam bangkok miliknya. Di samping itu, bersama dengan beberapa rekan sesama pemuda, ia gencar menyosialisasikan langsung kepada masyarakat mengenai keunggulan ayam ini. Dari pameran demi pameran dan upaya sosialisasi yang telah dilakukan, semakin terlihat antusiasme masyarakat yang cukup besar. Animo masyarakat untuk memelihara dan mengonsumsi telur dan dagingnya juga semakin tinggi. Bahkan hampir di setiap arena pameran, ayam jawa super miliknya selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.

Ditilik dari sosoknya, ayam ini pantas menyandang nama ayam jawa super. Ayam yang semua bulunya berwarna hitam legam ini sepintas mirip ayam kedu, tetapi bentuk tubuhnya mirip ayam ras atau ayam negeri, yakni pendek, besar dan gemuk. Bisa jadi ayam ini blasteran atau hasil persilangan antara ayam kedu dan ayam ras. Tidak hanya sosoknya, telur ayam jawa super juga mirip dengan telur ayam ras. Ukurannya agak besa dan berwarna putih kecoklatan. Namun, setelah merasakan dagingnya, orang pasti menyebutnya daging ayam kampung karena aroma dan rasa dagingnya sama persis dengan daging ayam kampung.

Barangkali karena keunikannya itulah, sebagian masyarakat Purworejo dan sekitarnya mulai tertarik untuk memelihara ayam bersosok gempal ini baik sebagai pedaging, petelur, maupun sebagai ayam peliharaan di pekarangan rumah. Kenyataan ini layak diperhatikan karena bisa menjadi tantangan bagi yang berjiwa bisnis untuk membuka usaha peternakan ayam jawa super.

Oleh Mas Bagong Mulyono & Purnomo Raharjo

Sunday, May 1, 2016

Seluk Beluk Peternakan Ayam Broiler

Seluk Beluk Peternakan Ayam Broiler ~ Ayam broiler umumnya dipelihara dalam waktu 5-6 minggu dengan bobot tubuh antara 1,4 - 1,6 kg perekor. Akan tetapi, bobot ayam broiler dengan bobot lebih dari itu juga masih diterima konsumen, misalnya bobot tubuh antara 1,8 - 2 kg perekor yang memerlukan masa pemeliharaan antara 6 - 7 minggu.


Dalam hal ini keinginan konsumen harus dipelajari dahulu sehingga diketahui sampai bobot tubuh berapakah ayam masih bisa diterima oleh konsumen. Dari sinilah peternak dapat menduga berapa lama masa pemeliharaannya. Hal ini karena terdapat kaitan yang erat antara bobot tubuh, waktu pemeliharaan, dan pemasaran.

Dimulai dari pendeteksian di pasar untuk mengetahui bobot tubuh ayam dan diakhiri dengan masa pemeliharaan. Singkatnya waktu pemeliharaan inilah yang akan memudahkan peternak untuk merancang unsur teknis peternakan dengan pemasarannya. Dari hal ini pula dapat diprediksi mengenai kelancaran sistem prediksi dan dapat diketahui kapan kiranya modal akan kembali.

Waktu pemeliharaan inilah yang juga menyebabkan banyak pihak yang ingin berpartisipasi dalam bisnis ayam broiler. Biasanya, mereka ikut meramaikan pasaran di kalan akan panen dan menghilang lagi setelahnya. Merekalah yang disebut dengan peternak marginal atau peternak musiman. Oleh karena itu, jangan heran bila harga ayam broiler di pasaran naik turun dan selalu tidak menentu. Kejadian ini penting sekali dipahami agar mudah untuk mengatur dan menentukan jumlah ayam yang akan dipelihara persatuan produksinya.

Pengaturan jumlah produksi ayam ini memang berawal dari pasar sampai ke masalah teknisnya. Jumlah ayam yang ditentukan sesuai dengan perencanaan akan menentukan kepadatan kandang sehingga akhirnya menentukan jumlah kandang yang harus disiapkan dan tentunya juga terkait dengan persiapan penambahan jumlah tempat ransum, tempat minum, jumlah pakan, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

Dengan demikian, biaya produksi juga dapat diketahui sehingga jumlah uang yang harus disiapkan permasa produksi dapat diprediksi. Sebagai contoh, bila satu tahun ada 48 minggu, dengan masa produksi 6 minggu dan masa kosong 2 minggu (untuk memutuskan siklus penyakit) atau total 8 minggu. Dalam masa tersebut sudah bisa dihitung-hitung biaya produksinya dan lebih jauh lagi sudah dapat diperkirakan modal akan kembali.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf

Saturday, April 9, 2016

Tips Memilih DOC Ayam Broiler Yang Baik

Ternak Ayam ~ Terdapat beberapa pedoman dalam pemilihan DOC atau anak ayam, di antaranya sebagai berikut.


Pilih anak ayam yang berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaa. Apabila baru tiga hari anak ayam sudah banyak yang mati, sementara tidak ada hal-hal lain yang patut dicurigai sebagai penyebab kematiannya, bisa jadi penyebabnya berasal dari induknya yang tidak beres. Jika kematian anak ayam disebabkan karena penyakit bawaah dari induk ayam, pembibit yang besar dan bertanggung jawab biasanya akan mengganti anak ayam yang mati tersebut.

Pilih anak ayam berdasarkan ukuran atau bobot yang baik. Apabila ukuran atau bobot anak ayam relatif kecil, kemungkinan dipengaruhi oleh telur tetas ayam tersebut. Telur tetas yang besar biasanya akan menghasilkan anak ayam yang besar, begitu pula sebaliknya. Umumnya, pembibit yang baik selalu menyeleksi telur tetas yang akan ditetaskan pada bobot rata-rata, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu berat. Bahkan, ketika ayam keluar dari mesin tetas harus diseleksi dengan ketat.

Pilih anak ayam yang kondisi matanya cerah atau bercahaya, aktif, serta tampak tegar. Kecerahan mata inilah yang paling mudah untuk mendeteksi kondisi bangsa unggas. Unggas yang sehat dan baik akan memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya.

Pilih anak ayam yang tidak cacat secara fisik, misalnya kaki bengkok, mata buta, atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat. Anak ayam yang normal biasanya memiliki bulu yang halus dan kering. Tidak ada lekatan tinja di duburnya.

Anak ayam yang akan dipelihara sebagai ayam pedaging idealnya memang sesuai dengan kriteria pedoman-pedoman tersebut, tetapi pada praktiknya, anak ayam yang dibeli biasanya telah dikemas dalam boks yang diikat kuat sehingga sulit untuk dipilih. Namun, umumnya pembibit yang baik akan menjual anak ayam yang baik pula dan sudah dalam kondisi di vaksin. Sering kali kematian anak ayam dalam boks terjadi akibat kelelahan dalam perjalanan, pengemasan yang kurang baik, atau cara pengiriman yang tidak baik.

Hal penting lainnya mengenai ayam broiler adalah harga anak ayam. Harga inilah yang pada akhirnya menentukan bibit yang dipilih. Umumnya harga anak ayam broiler relatif sama. Hal yang membedakannya hanya pada cara pembayarannya. Pembibit terkadang ada yang mengharuskan membayar segera atau boleh ditunda.

Cara membayar tunda itu memang memungkinkan karena anak ayam broiler ini hanya dipelihara dalam waktu 5 sampai 6 minggu saja. Dari sini, tiba saatnya peternak mempersiapkan peternakan dan merancang sistem produksinya, termasuk di dalamnya merancang peternakan dan menentukan lokasi yang tepat. Apabila salah menentukan hal-hal tersebut, bukan tidak mungkin akan menyebabkan kerugian bagi peternak.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf

Thursday, April 7, 2016

Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler

Ternak Ayam ~ Keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan bisa segera terlihat. Hal-hal yang bisa mendukung keunggulan ayam broiler antara lain sebagai berikut.

Makanan

Makanan yang dimaksud adalah menyangkut kualitas dan kuantitasnya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam.

Ransum juga harus memenuhi syarat kuantitas karena jumlah ransum yang dimakan berkaitan dengan jumlah unsur nutrisi yang harus masuk sempurna ke dalam tubuh ayam.

Misalnya, ransum berbau tengik atau peternak salah menimbang maka jumlah unsur nutrisi yang masuk ke dalam usus dan kelak diserap tubuh ayam menjadi berkurang. Akibatnya akan sama, kemampuan ayam yang prima tidak tampak.

Temperatur Lingkungan

Ayam Broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19-21 derajat celcius. Bila temperatur lingkungan terlalu panas, bisa membuat ayam lebih memilih untuk banyak minum dari pada makan karena untuk mengurangi beban panas. Bila sudah demikian, sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama bagi ayam tidak masuk sehingga keunggulan ayam menjadi tidak tampak.

Pemeliharaan

Bibit yang baik tentunya membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Apabila ayam broiler dipelihara secara "swalayan" layaknya ayam kampung di desa-desa maka keunggulannya tidak akan tampak. Oleh karena itu, perlu adanya perawatan dan pemberian makanan yang baik. Perawatan ini mencakup vaksinasi yang baik dan benar. Sebenarnya, memelihara ayam pedaging ini tidak repot. Hanya saja, sering kali peternak melakukan kelalaian dalam pemberian vaksinasi, misalnya menggunakan vaksin yang telah kadaluarsa.

Hal ini tentu saja bisa berakibat fatal, yakni bisa menyebabkan kematian pada ayam. Bila sudah terjadi hal seperti ini biasanya peternak tidak menyadarinya dan cenderung menyalahkan ayam yang dipeliharanya.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf

Sunday, April 3, 2016

Bibit Ayam Broiler

Bibit Ayam Broiler ~ Di antara bibit ayam broiler, terdapat perbedaan yang turut ditentukan oleh peternak atau lembaga yang mengembangkannya. Perbedaan itu umumnya terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi ransum, atau konversi ransumnya.

Pertumbuhan Ayam

Pertumbuhan ayam broiler pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi di masa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung dari perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut.

Pertumbuhan bibit yang cepat di masa awal (ini lebih sering terjadi) memang baik untuk kondisi di Indonesia yang umumnya memasarkan ayam pada umur 5-6 minggu karena sangat membantu manajemen peternakan dalam mencapai sasaran yang telah direncanakan. Apabila pertumbuhan yang cepat terjadi di masa akhir, peternak harus lebih memperhatikan waktu pemasarannya.

Peternak juga harus memperhatikan faktor penunjang lainnya seperti ransum. Pertumbuhan yang cepat sebenarnya berkorelasi dengan konsumsi akan ansum yang menjadi lebih banyak, tingkat mortalitas bibit yang tinggi, atau penumpukan lemak yang meningkat di akhir masa pemeliharaan. Hal ini tentu akan berdampak terhadap konversi ransum dan biaya produksi.

Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, sebaiknya peternak harus memperhatikan konsumsi ransum dan mortalitasnya serta terus melakukan pengawasan dengan menjalankan fungsi pengendalian dan fungsi pengawasan.

Dengan demikian, kelemahan bibit bisa ditekan sekecil mungkin, tanpa harus menganggu penampilan ayam itu sendiri. Bila berbagai hal yang mendukung tersebut telah terpenuhi, kelemahan bibit yang muncul masih berada pada taraf yang normal atau berada di bawah 1 % saja, terutama terjadi pada ayam-ayam yang lemah saja.

Konsumsi Ransum

Pertumbuhan yang cepat memang dipengaruhi oleh konsumsi ransum yang banyak. Terlebih ayam broiler termasuk ayam yang senang makan. Bila ransum diberikan tidak terbatas atau ad libitum, ayam broiler akan terus makan sepuasnya hingga kekenyangan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap bibit ayam sudah ditentukan taraf konsumsi ransumnya pada batas tertentu sehingga kemampuan prima ayam akan muncul. Konsumsi inilah yang kemudian disebut sebagai konsumsi standar atau baku, yakni sesuai dengan arah pembentukan bibit.

Pemberian ransum ada yang lebih banyak di masa awal sedangkan di masa akhir biasa saja, atau sebaliknya. Ada juga yang relatif sedikit (komulatif) dari pada bibit lain, tetapi bobot tubuh atau pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentu akan menimbulkan kelebihan dan kelemahan yang biasanya muncul bila faktor atau lingkungan tidak mendukung. Sementara bila lingkungan baik, penampilan yang ditunjukkan ayam akan lebih baik pula.

Konversi Ransum

Dari masa ke masa, konversi ransum selalu diperbaiki oleh banyak pembibit dan terus-menerus diperbaiki. Hal ini karena konversi ini melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi ransum. Harapan yang dikehendaki peternak adalah pertumbuhan yang cepat walau hanya dengan makanan yang sedikit, dalam artian jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat.

Hal ini mencerminkan efisiensi penggunaan pakan yang baik. Pertumbuhan yang cepat bermakna bahwa pertumbuhan ayam diusahakan sesuai dengan ambang atas genetisnya, sedangkan dari segi bisnis berarti waktu jual semakin cepat dicapai. Konversi inilah yang selalu diperbaiki dari masa ke masa oleh berbagai pembibit sesuai dengan kemampuan genetis ayam dan ditunjang dengan lingkungan yang baik.

Bila memperhatikan sudut konversi, sebaiknya dipilih angka konversi yang rendah. Namun, angka itu berada dari masa awal ke masa akhir karena di masa akhir pertumbuhan ayam menjadi lambat atau mulai menurun setelah umur 4 minggu, sedangkan ransumnya bertambah terus.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf

Sunday, March 27, 2016

Sejarah Ayam Broiler di Indonesia

Sejarah Ayam Broiler di Indonesia ~ Sekalipun jalur murninya sudah diketahui sejak tahun 1960-an, yakni ketika peternak mulai memeliharanya, sebenarnya ayam broiler baru dikenal menjelang periode 1980-an. Namun, ayam broiler komersial seperti yang banyak beredar sekarang ini baru populer periode 1980-an. Semula, ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn jengger tunggal. Namun, saat itu masyarakat luas masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena sudah terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang sehingga pemasaran ayam broiler menjadi sulit.


Peternak ayam broiler yang baru membuka usahanya menjadi prihatin dan mengalami kerugian. Hingga pada akhir periode 1980-an, pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan atau membantu konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya. Kondisi pun berbalik, kini banyak peternakan ayam broiler bangkit dan peternak musiman bermunculan seiring meningkatnya permintaan akan ayam broiler. Dari sinilah, ayam broiler komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan terus diterima orang sebagai ayam konsumsi.

Kekaguman orang dan minat pemodal semakin tergugah setelah mengetahui bahwa ayam broiler dapat dijual sebelum umur 8 minggu karena pada umur tersebut  bobot tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berumur sekitar satu tahun. Masyarakat pun jadi mengenal ayam broiler sebagai ayam pedaging saingan baru ayam kampung dengan rasa khasnya yang empuk dan berdaging banyak.

Kelebihan dan kekurangan antara ayam broiler dan ayam kampung di kemudian hari ternyata saling melengkapi dan tidak lagi saling bersaing karena masakan khas daerah seperti ayam goreng mbok berek, ayam goreng kalasan, atau rendang ayam memerlukan penggodongan lama dan tetap membutuhkan ayam kampung yang berdaging liat, seperti diketahui bahwa ayam broiler akan hancur dalam proses penggodongan yang lama. Sedangkan untuk masakan lainnya, ayam broiler sudah menjadi menu rutin di berbagai kalangan.

Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler ini repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila manajemen yang diterapkan benar. Konsumen di Indonesia ternyata sudah lekat dengan ayam kampung sehingga sulit untuk menerima ayam broiler yang besar itu. Perkembangan selanjutnya mengacu pada kondisi tersebut. Ayam broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1,3 - 1,6 per ekor ayam yang dilakukan pada umur ayam 5 - 6 minggu karena ayam broiler yang terlalu berat akan sulit dijual.

Akibat pemasaran ayam broiler yang demikian, pada periode tahun 1970-an hingga 1980-an bermunculan peternak yang memelihara ayam jantan petelur dwiguna bagaikan ayam broiler, tujuannya jelas untuk daging. Ayam jantan petelur dwiguna ini memang dapat diambil dagingnya karena dipelihara sama seperti ayam broiler. Sebagai ayam jantan tentu pertumbuhannya lebih cepat, walaupun masih kalah dengan pertumbuhan ayam broiler.

Ayam jantan petelur dwiguna menjadi alternatif lain untuk ayam broiler yang kala itu sulit diperoleh bibitnya. Perlu diketahui bahwa bila penetasan ayam petelur kira-kira 50 % jantan dan 50 % betina. Untuk petelur komersial yang final stock digunakan ayam betina, bukan jantan. Dahulu yang jantan dibakar begitu saja akibat tidak laku dijual dan tidak mungkin diternakkan. Namun, akibat sulitnya DOC (day old chick) broiler dan didukung oleh selera konsumen Indonesia, membuat ayam jantan petelur dwiguna dimanfaatkan dan diperlakukan sama seperti ayam broiler. Tidak heran bila saat itu ayam jantan petelur dwiguna lambat laun naik daun dan laku diterjual. Bahkan, kala itu harganya menyamai DOC ayam broiler.

Hingga kini, ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5 - 6 minggu sudah bisa panen. Hal inilah yang membuat banyak peternak musiman ikut beternak, terutama di kala harga ayam tinggi. Akibatnya, hingga saat ini pengadaan DOC broiler tetap saja berfluktuasi karena pada saat persediaan meningkat, harga DOC turun dan akan naik lagi bila permintaan meningkat lagi. Sampai saat ini, anggota ayam pedaging tetaplah ayam broiler, yakni ayam broiler yang berwarna putih dan cepat tumbuh.

Oleh Dr. Ir. Muhammad Rasyaf